10 Mar 2012

Problem Based Learning (PBL)

Problem based learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajarn atau metode mengajar yang fokus pada siswa dengan mengarahkan siswa menjadi pembelajar mandiri yang terlibat langsung secara aktif terlibat dalam pembelajaran berkelompok. PBL membantu siswa untuk mengembangkan ketrampilan mereka dalam memberikan alas an dan berpikir ketika mereka mencari data atau informasi agar mendaptkan solusi untuk memecahkan masalah, Suyanto ( 2008:21)
Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu strategi pengajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Problem Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Nurhadi dkk, 2009;16). Menurut Riyanto (2009:288) Problem Based Learning (PBL) memfosuskan pada siswa menjadi pembelajaran yang mandiri dan terlibat lansung secara aktif dalam pembelajran kelompok. Model ini membantu siswa untuk mengembangkan berpikir siswa dalam mencari pemecahan masalah melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi untuk suatu masalah dengan rasional dan ontentik.
Menurut Arends (dalam Ibrahim, 2000:15) Problem Based Learning (PBL) dilandasi oleh 3 pikiran ahli, yaitu sebagai berikut.
a. John Dewey dan Kelas Demokrasi
Menurut Dewey seperti pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah menemukan akar intelektualnya pada penelitian Dewey. Dalam tulisannya yang berjudul Demokrasi dan Pendidikan (1916), Dewey mengemukakan pandangan bahwa sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah yang ada dalam kehidupan nyata. Dewey menganjurkan agar guru memberi dorongan kepada siswanya terlibat dalam proyek atau tugas-tugas berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalahnya. Patrick mengemukakan bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya bermanfaat dan tidak abstrak. Agar pembelajaran itu bermanfaat serta nyata, seharusnya siswa terlibat menyelesaikan proyek yang menarik dan merupakan pilihan sendiri.
b. Piaget, Vygotsky, dan Konstruktivisme.
Piaget menjelaskan bahwa anak kecil memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus-menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini menurut Piaget, memotivasi mereka untuk aktif membangun pemahaman mereka tentang lingkungan yang mereka hayati. Problem Based Learning  (PBL) dikembangkan berdasar kepada teori Piaget ini. Piaget lebih menekankan proses belajar pada aspek tahapan perkembangan intelektual. Sementara itu ahli lain yang juga mendukung Problem Based Learning (PBL) adalah Vygotsky yang lebih menekankan kepada aspek sosial pembelajaran. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan teman lain membantu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
c. Bruner dan pembelajaran penemuan
Menurut Bruner Pembelajaran adalah suatu model pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur/ide kunci dari suatu disiplin ilmu. Bruner yakin pentingnya siswa terlibat di dalam pembelajaran dan dia meyakini bahwa pembelajaran yang terjadi sebenarnya melalui penemuan pribadi. Menurut Bruner tujuan pendidikan tidak hanya meningkatkan banyaknya pengetahuan siswa tetapi juga menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk penemuan siswa.
Sejumlah pengembangan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) telah mendeskripsikan bahwa Problem Based Learning (PBL) mempunyai ciri-ciri atau fiktur-fiktur seperti yang di paparkan Nur (2008:3) seperti berikut.
a. Mengajukan pertanyaan atau masalah
Problem Based Learning (PBL) tidak mengorganisasikan pelajaran di sekitar prinsip-prinsip akademik atau keterampilan-keterampilan tertentu, tetapi lebih menekankan pada mengorganisasikan pembelajaran disekitar pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang penting secara sosial dan bermakna secara pribadi bagi siswa.
b. Berfokus pada interdisiplin
Meskipun suatu pelajaran berdasarkan masalah dapat berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah nyata sehari-hari dan otenetik itulah yang diselidiki karena solusinya menghendaki siswa melibatkan banyak pelajaran.
c. Penelidikan otentik
Problem Based Learning (PBL) menghendaki para siswa menggeluti penyelidikan otentik dan berusaha memperoleh pemecahan-pemecahan masalah nyata. Mereka harus menganalisa dan mendefinisikan masalah itu, mengembangkan hipotesisi dan membuat prediksi mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen (bila diperlukan) membuat inferessi, dan membuat kesimpulan.
d. Menghasilkan karya nyata dan memamerkan
Problem Based Learning (PBL) menghendaki siswa menghasilkan produk dalam bentuk karya nyata dan memamerkannya. Produk ini mewakili solusi-solusi mereka. Karya nyata dan pameran itu, yang akan di bahas kemudian, dirancang siswa untuk mengomunikasikan kepada pihak-pihak terkait apa yang telah mereka pelajari
e.       Kolaborasi
Seperti pembelajaran kooperatif, Problem Based Learning (PBL) juga ditandai oleh siswa yang bekerja sama dengan siswa lain, sering kali dalam pasangan-pasangan atau kelompok-kelompok kecil. Bekerja sama akan mendatangkan motibasi untuk keterlibatan berkelanjutandalam tugas-tugas kompleks dan memperkaya kesempatan-kesempatan berbagi inkuiri dan dialog, dan untuk perkembangan keterampilan-keteramplian sosial.
Seperti model-model pembelajaran lainnya pada setiap model pembelajaran memiliki keungulan dan kelemahan/keterbatasan, dalam Problem Based Learning (PBL) diantaranya sebagai berikut :
a. Keungulan Problem Based Learning (PBL) menurut Mustaji (2005:33) 
  1. Pembelajaran lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut
2. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut ketrampilan berpikir pebelajran yang lebih tinggi
3.  Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki pebelajar sehingga  pembelajran lebih bermakna.
4.  Pebelajar dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah yang diseleseikan lansung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatakan motivasi dan ketertarikan pebelajar terhadap bahan yang dipelajari.
5. Menjadikan pebelajar lebih mandiri dan lebih dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantar pebelajar

6.  Pengkondisian pebelajar dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajaran dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar pebelajar dapat diharapkan
b. Keterbatan Problem Based Learning (PBL) menurut Nur (2008:35)
1.      Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk implementasi
2.      Perubahan peran siswa dalam proses pembelajran
3.      Perubahan peran guru dalam dalam proses pembelajran
4.      Perumusan masalah yang sesuai
5.      Asesmen yang valid atas program dan pembelajran siswa


Langkah-Langkah Problem based learning (PBL)
Ada 5 langkah dalam Problem based learning (PBL) menurut Mustaji (2005:76) adalah sebagi berikut:
a. Mengorientasikan pebelajar pada masalah
Pada awal Problem based learning (PBL), pembelajaran terlebih dahulu menyampikan secara jelas tujuan pembelajaran, menetapkan sikap positif terhadap pembelajaran, dan menjelaskan pada pebelajar bagaimana cara pelaksanaannya. Berdasarkan masalah tersebut pebelajar dilibatkan secra aktif memecahkan, menemukan konsep, prinsip-prinsip, dan seterusnya dalam mata pelajaran difusi inovasi pendidikan.
b.  Mengorientasikan pebelajar untuk belajar
Problem based learning (PBL) memerlukan ketrampilan pengembangan kolaborasi diantara pebelajran dan membantu mereka menyelidiki masalah secara bersama-sama. Hali ini merupakan bantuan merencanakan penyelidikan dan pelaporan tugas-tugas mereka. Selain itu perlu adanya kelombpok belajar. Adanya beberapa hal penting yang perlu diperhatikan di dalam mengorganisasikan pebelajar ke dalam kelompok pembelajaran berdasarkan masalah yakni pebelajar ke dalam kelompok Problem based learning (PBL) yakni pebelajar dibentuk bervariasi denhan memperhatukan kemampuan, ras, etnie dan jenis kelamin sesuain dengan tujuan yang akan dicapai.
c. Memandu menyelidiki secara mandiri maupun kelompok
Penyelidikan dilakukan secara mandiri, berkelompok  kecil yang merupakan inti model Problem based learning (PBL). Walaupun setiap situasi masalah memerlukan sedikit perbedaan teknik penyelidikan, paling banyak meliputi proses pengumpulan data dan eksperimen, hipotesis penjelasan dan pemberian penyeleseian. Pada tahap ini pembelajaran mendorong pebelajar mengumpulkan data dan melaksanakan kegiatan aktual sampai mereka benar-benar mengerti dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar pebelajar dapat mengumpulkan informasi cukup untuk mengembangkan ide-ide mereka sendiri. Pada tahap ini pembelajran harus banyak membaca selain apa yang telah ada dalam bahan ajar. Pembelajran membantu pebelajar pada pengumpulan informasi dari beberapa sumber dan mengajukan pertanyaan pada pebelajar untuk mendeteksi pemahaman mereka tentang masalah dan konsep yang ditemukan serta jenis informasi yang dibutuhkan untuk menemukan pemecahan masalahnya.
d. Mengembngkan dan menyajikan hasil kerja
Hasil-hasil yang telah diperoleh harus dipresentasikan sesuai dengan pemahaman pebelajar. Pebelajar secara mandiri atau kelompok memberikan tanggapan atas hasil kerja temannya. Berdiskusi, berdialog bahkan berdebat memberi komentar terhadap pemecahan masalah yang disajikan. Dalam hal ini pembelajar mengarahkan, memberi pandangan atas tanggapan-tanggapan pebelajar tetapi tidak memerankan sebagai nara sumber sebagai justifikasi.
e. Menganalisa dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Tahap akhir pembelajaran berdasarkan masalah meliputi bantuan pada pebelajran menganalisa dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri sebagaimana kegiatan dan ketrampilan intelektual yang mereka gunakan di dalam pencapaian hasil pemecahan masalah. Selam tahap ini, pembelajar menugasi pebelajar menyusun kembali hasil pemikiran dan kegiatan mereka pada setiap tahap pembelajaran.
Menurut Riyanto (2009:288) mengemukan bahwa dalam langkah-langkah Problem based learning (PBL) ada 5 tahap yaitu:
1.   Guru mempersiapkan dan melempar masalah kepada siswa
2.  Membentuk kelompok kecil, dalam masing-masing kelompok siswa mendiskusikan masalah tersebut dengan memanfaatkan dan merefleksi penegetahuan/keterampilan yang mereka miliki. Suswa juga membuat rumusan masalah dan membuat hipotesis-hipotesi
3.   Siswa mencari (hunting) informasi dan data yang berhubungan dengan masalah yang sudah dirumuskan
4.   Siswa berkumpul dalam kelompok untuk melporkan data apa yang sudah diperolah dan mendiskusikan dalam kelompok berdsarkan data-data yang diperoleh tersebut. Langkah ini diulang-ulang sampai memperoleh solusi
5.   Kegiatan diskusi penutup sebagai kegiatan akhir, apabila proses sudah memperoleh solusi yang tepat.

semoga bermanfaat *by giant

0 komentar:

Posting Komentar