Problem based learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajarn atau metode mengajar yang fokus
pada siswa dengan mengarahkan siswa menjadi pembelajar mandiri yang terlibat
langsung secara aktif terlibat dalam pembelajaran berkelompok. PBL membantu
siswa untuk mengembangkan ketrampilan mereka dalam memberikan alas an dan
berpikir ketika mereka mencari data atau informasi agar mendaptkan solusi untuk
memecahkan masalah, Suyanto ( 2008:21)
Problem Based Learning (PBL)
merupakan salah satu strategi pengajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran
kontekstual. Problem Based Learning (PBL) adalah
suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran (Nurhadi dkk, 2009;16). Menurut Riyanto (2009:288) Problem Based
Learning (PBL) memfosuskan pada siswa menjadi pembelajaran yang
mandiri dan terlibat lansung secara aktif dalam pembelajran kelompok. Model ini
membantu siswa untuk mengembangkan berpikir siswa dalam mencari pemecahan
masalah melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi untuk suatu masalah
dengan rasional dan ontentik.
Menurut Arends (dalam Ibrahim,
2000:15) Problem Based Learning (PBL) dilandasi oleh 3 pikiran ahli, yaitu sebagai berikut.
a. John Dewey dan Kelas Demokrasi
Menurut Dewey seperti pada
pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah menemukan akar intelektualnya pada
penelitian Dewey. Dalam tulisannya yang berjudul Demokrasi dan Pendidikan
(1916), Dewey mengemukakan pandangan bahwa sekolah seharusnya mencerminkan
masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk pemecahan
masalah yang ada dalam kehidupan nyata. Dewey menganjurkan agar guru memberi
dorongan kepada siswanya terlibat dalam proyek atau tugas-tugas berorientasi
masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalahnya. Patrick
mengemukakan bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya bermanfaat dan tidak
abstrak. Agar pembelajaran itu bermanfaat serta nyata, seharusnya siswa
terlibat menyelesaikan proyek yang menarik dan merupakan pilihan sendiri.
b. Piaget, Vygotsky, dan Konstruktivisme.
Piaget menjelaskan bahwa anak kecil
memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus-menerus
berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini menurut Piaget, memotivasi mereka untuk aktif membangun pemahaman
mereka tentang lingkungan yang mereka hayati. Problem Based Learning (PBL) dikembangkan
berdasar kepada teori Piaget ini. Piaget lebih menekankan proses
belajar pada aspek tahapan perkembangan intelektual. Sementara itu ahli lain yang juga mendukung Problem Based
Learning (PBL) adalah Vygotsky yang lebih menekankan kepada aspek sosial pembelajaran. Vygotsky percaya bahwa
interaksi sosial dengan teman lain
membantu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
c. Bruner dan
pembelajaran penemuan
Menurut Bruner Pembelajaran adalah suatu model pengajaran yang menekankan pentingnya
membantu siswa memahami struktur/ide kunci dari suatu disiplin ilmu. Bruner yakin pentingnya
siswa terlibat di dalam pembelajaran dan dia meyakini bahwa pembelajaran yang
terjadi sebenarnya melalui penemuan pribadi. Menurut Bruner tujuan pendidikan tidak hanya meningkatkan banyaknya pengetahuan
siswa tetapi juga menciptakan
kemungkinan-kemungkinan untuk penemuan siswa.
Sejumlah pengembangan pembelajaran model Problem
Based Learning (PBL) telah mendeskripsikan bahwa Problem
Based Learning (PBL) mempunyai ciri-ciri atau
fiktur-fiktur seperti yang di paparkan Nur (2008:3) seperti berikut.
a. Mengajukan pertanyaan atau masalah
Problem Based Learning (PBL) tidak mengorganisasikan pelajaran di sekitar
prinsip-prinsip akademik atau keterampilan-keterampilan tertentu, tetapi lebih
menekankan pada mengorganisasikan
pembelajaran disekitar pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang penting
secara sosial dan bermakna secara pribadi bagi siswa.
b. Berfokus pada interdisiplin
Meskipun suatu pelajaran berdasarkan masalah dapat
berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah nyata sehari-hari dan otenetik
itulah yang diselidiki karena solusinya menghendaki siswa melibatkan banyak
pelajaran.
c. Penelidikan otentik
Problem Based Learning (PBL) menghendaki para siswa menggeluti penyelidikan
otentik dan berusaha memperoleh pemecahan-pemecahan masalah nyata. Mereka harus
menganalisa dan mendefinisikan masalah itu, mengembangkan hipotesisi dan
membuat prediksi mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen
(bila diperlukan) membuat inferessi, dan membuat kesimpulan.
d. Menghasilkan karya nyata dan memamerkan
Problem
Based Learning (PBL) menghendaki
siswa menghasilkan produk dalam bentuk karya nyata dan memamerkannya. Produk
ini mewakili solusi-solusi mereka. Karya nyata dan pameran itu, yang akan di
bahas kemudian, dirancang siswa untuk mengomunikasikan kepada pihak-pihak
terkait apa yang telah mereka pelajari
e.
Kolaborasi
Seperti pembelajaran kooperatif, Problem
Based Learning (PBL) juga ditandai oleh siswa
yang bekerja sama dengan siswa lain, sering kali dalam pasangan-pasangan atau
kelompok-kelompok kecil. Bekerja sama akan mendatangkan motibasi untuk
keterlibatan berkelanjutandalam tugas-tugas kompleks dan memperkaya
kesempatan-kesempatan berbagi inkuiri dan dialog, dan untuk perkembangan
keterampilan-keteramplian sosial.
Seperti
model-model pembelajaran lainnya pada setiap model pembelajaran memiliki keungulan dan
kelemahan/keterbatasan, dalam Problem Based Learning (PBL) diantaranya
sebagai berikut :
a. Keungulan Problem Based Learning (PBL) menurut Mustaji (2005:33)
- Pembelajaran lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut
2. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut
ketrampilan berpikir pebelajran yang lebih tinggi
3. Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki pebelajar
sehingga pembelajran lebih bermakna.
4. Pebelajar dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab
masalah-masalah yang diseleseikan lansung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal
ini dapat meningkatakan motivasi dan ketertarikan pebelajar terhadap bahan yang
dipelajari.
5. Menjadikan pebelajar
lebih mandiri dan lebih dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat
orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantar pebelajar
6. Pengkondisian pebelajar dalam belajar kelompok yang
saling berinteraksi terhadap pembelajaran dan temannya sehingga pencapaian
ketuntasan belajar pebelajar dapat diharapkan
b. Keterbatan Problem Based Learning (PBL) menurut Nur (2008:35)
1.
Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk implementasi
2.
Perubahan peran siswa dalam proses pembelajran
3.
Perubahan peran guru dalam dalam proses pembelajran
4.
Perumusan masalah yang sesuai
5.
Asesmen yang valid atas program dan pembelajran siswa
Langkah-Langkah Problem based learning (PBL)
a. Mengorientasikan
pebelajar pada masalah
Pada awal Problem based learning
(PBL), pembelajaran terlebih dahulu menyampikan secara jelas tujuan pembelajaran,
menetapkan sikap positif terhadap pembelajaran, dan menjelaskan pada pebelajar
bagaimana cara pelaksanaannya. Berdasarkan masalah tersebut pebelajar
dilibatkan secra aktif memecahkan, menemukan konsep, prinsip-prinsip, dan
seterusnya dalam mata pelajaran difusi inovasi pendidikan.
b. Mengorientasikan pebelajar untuk belajar
Problem based learning (PBL)
memerlukan ketrampilan pengembangan kolaborasi diantara pebelajran dan membantu
mereka menyelidiki masalah secara bersama-sama. Hali ini merupakan bantuan
merencanakan penyelidikan dan pelaporan tugas-tugas mereka. Selain itu perlu
adanya kelombpok belajar. Adanya beberapa hal penting yang perlu diperhatikan
di dalam mengorganisasikan pebelajar ke dalam kelompok pembelajaran berdasarkan
masalah yakni pebelajar ke dalam kelompok Problem
based learning (PBL) yakni pebelajar dibentuk bervariasi denhan
memperhatukan kemampuan, ras, etnie dan jenis kelamin sesuain dengan tujuan
yang akan dicapai.
c. Memandu menyelidiki secara mandiri maupun kelompok
Penyelidikan dilakukan secara mandiri, berkelompok kecil yang merupakan inti model Problem based learning (PBL). Walaupun
setiap situasi masalah memerlukan sedikit perbedaan teknik penyelidikan, paling
banyak meliputi proses pengumpulan data dan eksperimen, hipotesis penjelasan
dan pemberian penyeleseian. Pada tahap ini pembelajaran mendorong pebelajar
mengumpulkan data dan melaksanakan kegiatan aktual sampai mereka benar-benar
mengerti dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar pebelajar dapat
mengumpulkan informasi cukup untuk mengembangkan ide-ide mereka sendiri. Pada
tahap ini pembelajran harus banyak membaca selain apa yang telah ada dalam
bahan ajar. Pembelajran membantu pebelajar pada pengumpulan informasi dari
beberapa sumber dan mengajukan pertanyaan pada pebelajar untuk mendeteksi
pemahaman mereka tentang masalah dan konsep yang ditemukan serta jenis
informasi yang dibutuhkan untuk menemukan pemecahan masalahnya.
d. Mengembngkan dan menyajikan hasil kerja
Hasil-hasil yang telah diperoleh harus dipresentasikan sesuai dengan
pemahaman pebelajar. Pebelajar secara mandiri atau kelompok memberikan
tanggapan atas hasil kerja temannya. Berdiskusi, berdialog bahkan berdebat
memberi komentar terhadap pemecahan masalah yang disajikan. Dalam hal ini
pembelajar mengarahkan, memberi pandangan atas tanggapan-tanggapan pebelajar
tetapi tidak memerankan sebagai nara
sumber sebagai justifikasi.
e. Menganalisa dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Tahap akhir pembelajaran berdasarkan masalah meliputi bantuan pada
pebelajran menganalisa dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri
sebagaimana kegiatan dan ketrampilan intelektual yang mereka gunakan di dalam
pencapaian hasil pemecahan masalah. Selam tahap ini, pembelajar menugasi
pebelajar menyusun kembali hasil pemikiran dan kegiatan mereka pada setiap
tahap pembelajaran.
Menurut Riyanto (2009:288) mengemukan bahwa dalam langkah-langkah Problem based learning (PBL) ada 5 tahap
yaitu:
1. Guru mempersiapkan dan melempar masalah kepada siswa
2. Membentuk kelompok kecil, dalam masing-masing kelompok
siswa mendiskusikan masalah tersebut dengan memanfaatkan dan merefleksi
penegetahuan/keterampilan yang mereka miliki. Suswa juga membuat rumusan
masalah dan membuat hipotesis-hipotesi
3. Siswa mencari (hunting)
informasi dan data yang berhubungan dengan masalah yang sudah dirumuskan
4. Siswa berkumpul dalam kelompok untuk melporkan data apa
yang sudah diperolah dan mendiskusikan dalam kelompok berdsarkan data-data yang
diperoleh tersebut. Langkah ini diulang-ulang sampai memperoleh solusi
5. Kegiatan diskusi penutup sebagai kegiatan akhir,
apabila proses sudah memperoleh solusi yang tepat.
semoga bermanfaat *by giant
semoga bermanfaat *by giant
0 komentar:
Posting Komentar