31 Mar 2012
12 Mar 2012
GURU AGAMA DIWAJIBKAN PLACEMENT TES
JAKARTA - Jika Kementerian Pendidikan
Nasional (Kemendikbud) memiliki Uji Kompentensi Awal (UKA), Kementerian
Agama menggagas ujian serupa dengan istilah Placement Test atau tes
penempatan. Tujuannya sama, untuk pemetaan komptensi guru. Ujian bagi
guru calon peserta sertifikasi Kemenag ini bakal digulirkan Juni
mendatang.
Seperti di Kemendikbud, guru calon peserta sertifikiasi atau Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG) Kemenag juga berjumlah ratusan ribu orang. "Saya tidak hafal jumlah pastinya. Saya siapkan dulu data pastinya," ujar Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Nur Syam.
Mantan rektor IAIN Sunan Ampel, Surabaya itu mengatakan, pembahasan perkembangan sertifikasi di Kemenag sudah dikonsultasikan dengan Kemendikbud. Nur Syam menjelaskan, pihaknya menyepakati Kemenag juga harus menjalankan ujian kompetensi. Layaknya pelaksanaan UKA di Kemendikbud. "Tapi kita tidak menggunakan UKA. Nama dan sistemnya juga berbeda," ujar dia.
Menurut Nur Syam, ujian bagi calon peserta sertifikasi guru Kemenag disebut Placement Test atau tes penempatan. Nur Syam menjelaskan, ada perbedaan yang cukup menonjol antara tes penempatan ini dengan UKA di Kemendikbud. "Jika UKA itu berfungsi meluluskan dan tidak meluluskan," ujar Nur Syam.
Sebaliknya, tes penempatan di Kemenag tidak berfungsi menggugurkan calon peserta sertifikasi guru. Ujian ini, kata Nur Syam, dijadikan sebagai pemetaan. Guru-guru calon peserta sertifikasi yang memperoleh nilai bagus saat tes penempatan ini akan ikut sertifikasi gelombang pertama. Sementara untuk peserta yang memperoleh nilai jelek, akan ikut sertifikasi gelombang belakangan.
Sederhananya, ujian ini akan membentuk semacam ranking guru dari aspek kemampuan lima kompetensi pedagogik yang diujikan dalam placement test. Menurut Nur Syam, ujian ini akan dijalankan Juni mendatang. Pekan depan, tim dari Kemenag sudah mulai menyusun soal untuk placement test ini.
Nur Syam meminta pelaksanaan tes penempatan ini tidak perlu ditanggapi dengan kecemasan. Seperti menjelang pelaksanaan UKA penghujung Februari lalu. Dia meminta, mulai saat ini guru-guru yang sudah ditetapkan masuk dalam daftar bakal calon peserta sertifikasi guru Kemenag untuk mempersiapkan diri.
Kisi-kisi soal yang akan diujikan juga tidak jauh berbeda dengan UKA. Diantara terkait praktek mengajar dan isi atau konten mata pelajaran yang diajarkan guru bersangkutan.
Selain mempersiapkan butir-butir soal, Kemenag juga menyiapkan anggaran untuk dialokasikan dalam placement test ini. Dia mengatakan, anggaran untuk kegiatan ini tidak bisa diambilkan dari pos anggaran sertifikasi guru. Anggaran untuk placement test diharapkan bisa didapat dalam penyusunan APBNP 2012 nanti. "Saya belum bisa memperkirakan berapa anggaraanya," ujar Nur Syam. Dia hanya mengatakan, anggaran ini akan digotong bareng seluruh LPTK (Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan) Kemenag di tingkat provinsi.
Sumber : Dirjen Pendis Kemenag RI
Seperti di Kemendikbud, guru calon peserta sertifikiasi atau Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG) Kemenag juga berjumlah ratusan ribu orang. "Saya tidak hafal jumlah pastinya. Saya siapkan dulu data pastinya," ujar Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Nur Syam.
Mantan rektor IAIN Sunan Ampel, Surabaya itu mengatakan, pembahasan perkembangan sertifikasi di Kemenag sudah dikonsultasikan dengan Kemendikbud. Nur Syam menjelaskan, pihaknya menyepakati Kemenag juga harus menjalankan ujian kompetensi. Layaknya pelaksanaan UKA di Kemendikbud. "Tapi kita tidak menggunakan UKA. Nama dan sistemnya juga berbeda," ujar dia.
Menurut Nur Syam, ujian bagi calon peserta sertifikasi guru Kemenag disebut Placement Test atau tes penempatan. Nur Syam menjelaskan, ada perbedaan yang cukup menonjol antara tes penempatan ini dengan UKA di Kemendikbud. "Jika UKA itu berfungsi meluluskan dan tidak meluluskan," ujar Nur Syam.
Sebaliknya, tes penempatan di Kemenag tidak berfungsi menggugurkan calon peserta sertifikasi guru. Ujian ini, kata Nur Syam, dijadikan sebagai pemetaan. Guru-guru calon peserta sertifikasi yang memperoleh nilai bagus saat tes penempatan ini akan ikut sertifikasi gelombang pertama. Sementara untuk peserta yang memperoleh nilai jelek, akan ikut sertifikasi gelombang belakangan.
Sederhananya, ujian ini akan membentuk semacam ranking guru dari aspek kemampuan lima kompetensi pedagogik yang diujikan dalam placement test. Menurut Nur Syam, ujian ini akan dijalankan Juni mendatang. Pekan depan, tim dari Kemenag sudah mulai menyusun soal untuk placement test ini.
Nur Syam meminta pelaksanaan tes penempatan ini tidak perlu ditanggapi dengan kecemasan. Seperti menjelang pelaksanaan UKA penghujung Februari lalu. Dia meminta, mulai saat ini guru-guru yang sudah ditetapkan masuk dalam daftar bakal calon peserta sertifikasi guru Kemenag untuk mempersiapkan diri.
Kisi-kisi soal yang akan diujikan juga tidak jauh berbeda dengan UKA. Diantara terkait praktek mengajar dan isi atau konten mata pelajaran yang diajarkan guru bersangkutan.
Selain mempersiapkan butir-butir soal, Kemenag juga menyiapkan anggaran untuk dialokasikan dalam placement test ini. Dia mengatakan, anggaran untuk kegiatan ini tidak bisa diambilkan dari pos anggaran sertifikasi guru. Anggaran untuk placement test diharapkan bisa didapat dalam penyusunan APBNP 2012 nanti. "Saya belum bisa memperkirakan berapa anggaraanya," ujar Nur Syam. Dia hanya mengatakan, anggaran ini akan digotong bareng seluruh LPTK (Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan) Kemenag di tingkat provinsi.
Sumber : Dirjen Pendis Kemenag RI
10 Mar 2012
Problem Based Learning (PBL)
Problem based learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajarn atau metode mengajar yang fokus
pada siswa dengan mengarahkan siswa menjadi pembelajar mandiri yang terlibat
langsung secara aktif terlibat dalam pembelajaran berkelompok. PBL membantu
siswa untuk mengembangkan ketrampilan mereka dalam memberikan alas an dan
berpikir ketika mereka mencari data atau informasi agar mendaptkan solusi untuk
memecahkan masalah, Suyanto ( 2008:21)
Problem Based Learning (PBL)
merupakan salah satu strategi pengajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran
kontekstual. Problem Based Learning (PBL) adalah
suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran (Nurhadi dkk, 2009;16). Menurut Riyanto (2009:288) Problem Based
Learning (PBL) memfosuskan pada siswa menjadi pembelajaran yang
mandiri dan terlibat lansung secara aktif dalam pembelajran kelompok. Model ini
membantu siswa untuk mengembangkan berpikir siswa dalam mencari pemecahan
masalah melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi untuk suatu masalah
dengan rasional dan ontentik.
Menurut Arends (dalam Ibrahim,
2000:15) Problem Based Learning (PBL) dilandasi oleh 3 pikiran ahli, yaitu sebagai berikut.
a. John Dewey dan Kelas Demokrasi
Menurut Dewey seperti pada
pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah menemukan akar intelektualnya pada
penelitian Dewey. Dalam tulisannya yang berjudul Demokrasi dan Pendidikan
(1916), Dewey mengemukakan pandangan bahwa sekolah seharusnya mencerminkan
masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk pemecahan
masalah yang ada dalam kehidupan nyata. Dewey menganjurkan agar guru memberi
dorongan kepada siswanya terlibat dalam proyek atau tugas-tugas berorientasi
masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalahnya. Patrick
mengemukakan bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya bermanfaat dan tidak
abstrak. Agar pembelajaran itu bermanfaat serta nyata, seharusnya siswa
terlibat menyelesaikan proyek yang menarik dan merupakan pilihan sendiri.
b. Piaget, Vygotsky, dan Konstruktivisme.
Piaget menjelaskan bahwa anak kecil
memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus-menerus
berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini menurut Piaget, memotivasi mereka untuk aktif membangun pemahaman
mereka tentang lingkungan yang mereka hayati. Problem Based Learning (PBL) dikembangkan
berdasar kepada teori Piaget ini. Piaget lebih menekankan proses
belajar pada aspek tahapan perkembangan intelektual. Sementara itu ahli lain yang juga mendukung Problem Based
Learning (PBL) adalah Vygotsky yang lebih menekankan kepada aspek sosial pembelajaran. Vygotsky percaya bahwa
interaksi sosial dengan teman lain
membantu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
c. Bruner dan
pembelajaran penemuan
Menurut Bruner Pembelajaran adalah suatu model pengajaran yang menekankan pentingnya
membantu siswa memahami struktur/ide kunci dari suatu disiplin ilmu. Bruner yakin pentingnya
siswa terlibat di dalam pembelajaran dan dia meyakini bahwa pembelajaran yang
terjadi sebenarnya melalui penemuan pribadi. Menurut Bruner tujuan pendidikan tidak hanya meningkatkan banyaknya pengetahuan
siswa tetapi juga menciptakan
kemungkinan-kemungkinan untuk penemuan siswa.
Sejumlah pengembangan pembelajaran model Problem
Based Learning (PBL) telah mendeskripsikan bahwa Problem
Based Learning (PBL) mempunyai ciri-ciri atau
fiktur-fiktur seperti yang di paparkan Nur (2008:3) seperti berikut.
a. Mengajukan pertanyaan atau masalah
Problem Based Learning (PBL) tidak mengorganisasikan pelajaran di sekitar
prinsip-prinsip akademik atau keterampilan-keterampilan tertentu, tetapi lebih
menekankan pada mengorganisasikan
pembelajaran disekitar pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang penting
secara sosial dan bermakna secara pribadi bagi siswa.
b. Berfokus pada interdisiplin
Meskipun suatu pelajaran berdasarkan masalah dapat
berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah nyata sehari-hari dan otenetik
itulah yang diselidiki karena solusinya menghendaki siswa melibatkan banyak
pelajaran.
c. Penelidikan otentik
Problem Based Learning (PBL) menghendaki para siswa menggeluti penyelidikan
otentik dan berusaha memperoleh pemecahan-pemecahan masalah nyata. Mereka harus
menganalisa dan mendefinisikan masalah itu, mengembangkan hipotesisi dan
membuat prediksi mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen
(bila diperlukan) membuat inferessi, dan membuat kesimpulan.
d. Menghasilkan karya nyata dan memamerkan
Problem
Based Learning (PBL) menghendaki
siswa menghasilkan produk dalam bentuk karya nyata dan memamerkannya. Produk
ini mewakili solusi-solusi mereka. Karya nyata dan pameran itu, yang akan di
bahas kemudian, dirancang siswa untuk mengomunikasikan kepada pihak-pihak
terkait apa yang telah mereka pelajari
e.
Kolaborasi
Seperti pembelajaran kooperatif, Problem
Based Learning (PBL) juga ditandai oleh siswa
yang bekerja sama dengan siswa lain, sering kali dalam pasangan-pasangan atau
kelompok-kelompok kecil. Bekerja sama akan mendatangkan motibasi untuk
keterlibatan berkelanjutandalam tugas-tugas kompleks dan memperkaya
kesempatan-kesempatan berbagi inkuiri dan dialog, dan untuk perkembangan
keterampilan-keteramplian sosial.
Seperti
model-model pembelajaran lainnya pada setiap model pembelajaran memiliki keungulan dan
kelemahan/keterbatasan, dalam Problem Based Learning (PBL) diantaranya
sebagai berikut :
a. Keungulan Problem Based Learning (PBL) menurut Mustaji (2005:33)
- Pembelajaran lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut
2. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut
ketrampilan berpikir pebelajran yang lebih tinggi
3. Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki pebelajar
sehingga pembelajran lebih bermakna.
4. Pebelajar dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab
masalah-masalah yang diseleseikan lansung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal
ini dapat meningkatakan motivasi dan ketertarikan pebelajar terhadap bahan yang
dipelajari.
5. Menjadikan pebelajar
lebih mandiri dan lebih dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat
orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantar pebelajar
6. Pengkondisian pebelajar dalam belajar kelompok yang
saling berinteraksi terhadap pembelajaran dan temannya sehingga pencapaian
ketuntasan belajar pebelajar dapat diharapkan
b. Keterbatan Problem Based Learning (PBL) menurut Nur (2008:35)
1.
Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk implementasi
2.
Perubahan peran siswa dalam proses pembelajran
3.
Perubahan peran guru dalam dalam proses pembelajran
4.
Perumusan masalah yang sesuai
5.
Asesmen yang valid atas program dan pembelajran siswa
Langkah-Langkah Problem based learning (PBL)
a. Mengorientasikan
pebelajar pada masalah
Pada awal Problem based learning
(PBL), pembelajaran terlebih dahulu menyampikan secara jelas tujuan pembelajaran,
menetapkan sikap positif terhadap pembelajaran, dan menjelaskan pada pebelajar
bagaimana cara pelaksanaannya. Berdasarkan masalah tersebut pebelajar
dilibatkan secra aktif memecahkan, menemukan konsep, prinsip-prinsip, dan
seterusnya dalam mata pelajaran difusi inovasi pendidikan.
b. Mengorientasikan pebelajar untuk belajar
Problem based learning (PBL)
memerlukan ketrampilan pengembangan kolaborasi diantara pebelajran dan membantu
mereka menyelidiki masalah secara bersama-sama. Hali ini merupakan bantuan
merencanakan penyelidikan dan pelaporan tugas-tugas mereka. Selain itu perlu
adanya kelombpok belajar. Adanya beberapa hal penting yang perlu diperhatikan
di dalam mengorganisasikan pebelajar ke dalam kelompok pembelajaran berdasarkan
masalah yakni pebelajar ke dalam kelompok Problem
based learning (PBL) yakni pebelajar dibentuk bervariasi denhan
memperhatukan kemampuan, ras, etnie dan jenis kelamin sesuain dengan tujuan
yang akan dicapai.
c. Memandu menyelidiki secara mandiri maupun kelompok
Penyelidikan dilakukan secara mandiri, berkelompok kecil yang merupakan inti model Problem based learning (PBL). Walaupun
setiap situasi masalah memerlukan sedikit perbedaan teknik penyelidikan, paling
banyak meliputi proses pengumpulan data dan eksperimen, hipotesis penjelasan
dan pemberian penyeleseian. Pada tahap ini pembelajaran mendorong pebelajar
mengumpulkan data dan melaksanakan kegiatan aktual sampai mereka benar-benar
mengerti dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar pebelajar dapat
mengumpulkan informasi cukup untuk mengembangkan ide-ide mereka sendiri. Pada
tahap ini pembelajran harus banyak membaca selain apa yang telah ada dalam
bahan ajar. Pembelajran membantu pebelajar pada pengumpulan informasi dari
beberapa sumber dan mengajukan pertanyaan pada pebelajar untuk mendeteksi
pemahaman mereka tentang masalah dan konsep yang ditemukan serta jenis
informasi yang dibutuhkan untuk menemukan pemecahan masalahnya.
d. Mengembngkan dan menyajikan hasil kerja
Hasil-hasil yang telah diperoleh harus dipresentasikan sesuai dengan
pemahaman pebelajar. Pebelajar secara mandiri atau kelompok memberikan
tanggapan atas hasil kerja temannya. Berdiskusi, berdialog bahkan berdebat
memberi komentar terhadap pemecahan masalah yang disajikan. Dalam hal ini
pembelajar mengarahkan, memberi pandangan atas tanggapan-tanggapan pebelajar
tetapi tidak memerankan sebagai nara
sumber sebagai justifikasi.
e. Menganalisa dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Tahap akhir pembelajaran berdasarkan masalah meliputi bantuan pada
pebelajran menganalisa dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri
sebagaimana kegiatan dan ketrampilan intelektual yang mereka gunakan di dalam
pencapaian hasil pemecahan masalah. Selam tahap ini, pembelajar menugasi
pebelajar menyusun kembali hasil pemikiran dan kegiatan mereka pada setiap
tahap pembelajaran.
Menurut Riyanto (2009:288) mengemukan bahwa dalam langkah-langkah Problem based learning (PBL) ada 5 tahap
yaitu:
1. Guru mempersiapkan dan melempar masalah kepada siswa
2. Membentuk kelompok kecil, dalam masing-masing kelompok
siswa mendiskusikan masalah tersebut dengan memanfaatkan dan merefleksi
penegetahuan/keterampilan yang mereka miliki. Suswa juga membuat rumusan
masalah dan membuat hipotesis-hipotesi
3. Siswa mencari (hunting)
informasi dan data yang berhubungan dengan masalah yang sudah dirumuskan
4. Siswa berkumpul dalam kelompok untuk melporkan data apa
yang sudah diperolah dan mendiskusikan dalam kelompok berdsarkan data-data yang
diperoleh tersebut. Langkah ini diulang-ulang sampai memperoleh solusi
5. Kegiatan diskusi penutup sebagai kegiatan akhir,
apabila proses sudah memperoleh solusi yang tepat.
semoga bermanfaat *by giant
semoga bermanfaat *by giant
Pedoman Beban Guru Madrasah ..
Secara resmi Dirjen Pendidikan Islam, melalui surat Nomor
.DJ.I/DT.I.I/166.2012 perihal pedoman teknis perhitungan beban kerja guru RA dan Madrasah yang di tuangkan dalam surat keputusan. Dengan adanya keputusan di harapakan tidak ada kerancuan lagi dalam menentukan beban kerja guru . Pedoman tersebut juga menjadi acuan bagi guru, Kepala Raudhlatul Athfal (RA)/Madrasah, penyelenggara pendidikan, pengawas RA'/Madrasah, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota Kepala Kantor Wilayah Kemeterian Agama Provinsi, dan pihak terkait lainnya untuk menentuka :
- .Penghitungan beban kerja guru RA'/madrasah;
- Optimalisasi tugas guru RA/rnadrasah; dan
- Distribusi guru RA/madrasah
semoga bermanfaat *by giant
6 Mar 2012
4 Mar 2012
Informasi NISN Tahun 2012
NISN merupakan singkatan dari Nomer Induk Siswa Nasional adalah standar kode pengenal untuk siswa sekolah yang unik dan
berlaku nasional dalam rangka pengelolaan data siswa secara nasional
secara akurat dan akuntabel. NISN merupakan program dari DAPODIK (Data
Pokok Pendidikan Nasional). Berikut ini informasi tentang perubahan sistim NISN yang kami dapatkan.
Pada tanggal 30 Maret 2010 PSP Balitbang melakukan serah terima
operasional dan pengelolaan DAPODIK dari Biro PKLN. Hal ini untuk
mendukung semua program di Kementerian Pendidikan Nasional. Disepakati
ada proses alih teknologi secara bertahap untuk pemindahan operasional
dan pengelolaan DAPODIK ke PSP Balitbang. Sebagai tahap awal
dilaksanakan pemindahan personil Tim Call Center DAPODIK dari Biro PKLN
ke PSP Balitbang untuk menjaga kesinambungan layanan DAPODIK. Proses dan
tahapan berkenaan dengan perangkat, sistem dan data akan dilaksanakan
secara bertahap.
Sehubungan dengan surat edaran nomor 1980/P3/TP/2011 tanggal 14 September 2011. Pusat Data dan Statistik Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (PDSP Kemdikbud) membangun pelayanan Sistem Layanan DAPODIK versi terbaru dengan menggunakan nama Sistem Nomor Induk Satuan Pendidikan (NISP) dan Sistem Nomor Induk Peserta Didik (NIPD). Sistem ini dapat di akses melalui alamat :
Layanan pada situs dapodik.org telah ditutup pada tanggal 1 Januari
2012. Dan mulai hari ini sistem Nomor Induk Satuan Pendidikan (NISP) dan
Nomor Induk Peserta Didik dikelola oleh PDSP.
Mohon saran dari berbagai pihak untuk perbaikan dan kemajuan sistem NISP
dan NIPD. Informasi lebih lanjut perihal layanan sistem NISP dan NIPD
dapat menghubungi PDSP di Telp. 021-5731177 atau Pusat Informasi dan
Humas Kemdikbud di Call Center: 177.
Sehubungan dengan surat edaran nomor 1980/P3/TP/2011 tanggal 14 September 2011. Pusat Data dan Statistik Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (PDSP Kemdikbud) membangun pelayanan Sistem Layanan DAPODIK versi terbaru dengan menggunakan nama Sistem Nomor Induk Satuan Pendidikan (NISP) dan Sistem Nomor Induk Peserta Didik (NIPD). Sistem ini dapat di akses melalui alamat :
Email: pengaduan@kemdikbud.go.id atau pdsp@kemdikbud.go.id
Namun dua link di atas belum aktif dan banyak menu yang tidak bisa di isi secara oline seperti dulu sampai saat admin menulis berita ini. Mungkin bagi Bapak/Ibu Guru yang ingin mengetahui cara menelusuri NISN adalah sebagai berikut
- Silahkan masuk ke layanan baru NISN (klik di sini)
- Masukkan NISN siswa
- Klik Cari
- Silahkan masuk ke layanan baru NISN (klik di sini)
- Klik Tulisan Pencarian Berdasarkan Nama
- Silahkan Masukkan data sesuai dengan kolom pengisian data yang tersedia
- Klik Cari
Berita
Foto Dinding
Di ruang sidang pengadilan, seorang hakim duduk tercenung menyimak tuntutan jaksa PU terhadap seorang nenek yang dituduh mencuri singkong. Nenek itu berdalih bahwa hidupnya miskin, anak lelakinya sakit, dan cucunya kelaparan. Namun seorang laki yang merupakan manajer dari PT yang memiliki perkebunan singkong tersebut tetap pada tuntutannya, dg alasan agar menjadi cnth bagi warga lainnya.
Hakim menghela nafas. dan berkata, “Maafkan saya, bu”, katanya sambil memandang nenek itu.
”Saya tak dapat membuat pengecualian hukum, hukum tetap hukum, jadi anda harus dihukum. Saya mendenda anda Rp 1 juta dan jika anda tidak mampu bayar maka anda harus masuk penjara 2,5 tahun, seperti tuntutan jaksa PU”.
Nenek itu tertunduk lesu, hatinya remuk redam. Namun tiba-tiba hakim mencopot topi toganya, membuka dompetnya kemudian mengambil & memasukkan uang Rp 1 juta ke topi toganya serta berkata kepada hadirin yang berada di ruang sidang.
‘Saya atas nama pengadilan, juga menjatuhkan denda kepada tiap orang yang hadir di ruang sidang ini, sebesar Rp 50 ribu, karena menetap di kota ini, dan membiarkan seseorang kelaparan sampai harus mencuri untuk memberi makan cucunya.
"Saudara panitera, tolong kumpulkan dendanya dalam topi toga saya ini lalu berikan semua hasilnya kepada terdakwa.”
sebelum palu diketuk nenek itu telah mendapatkan sumbangan uang sebanyak Rp 3,5 juta dan sebagian telah dibayarkan kepanitera pengadilan untuk membayar dendanya, setelah itu dia pulang dengan wajah penuh kebahagian dan haru dengan membawa sisa uang termasuk uang Rp 50 ribu yang dibayarkan oleh manajer PT yang menuntutnya.
Semoga di indonesia banyak hakim-hakim yang berhati mulia sepertii ini.
Oleh: POLRES SIDOARJO2 Mar 2012
LPMI 2011 Kec.Durenan Menggalakkan Sportifitas
Gagasan ide yang muncul dari
paguyuban Guru-guru Madrasah khususnya guru-guru olahraga Madrasah Ibtidaiyah
se Kecamatan Durenan untuk mencetuskan sebuah kegiatan pembinaan awal bagi
siswa Madrasah Ibtidaiyah yang hobi dalam bidang olahraga sepak bola. Cetusan
kegiatan tersebut di wujudkan dalam agenda kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru)
Penjaskes, setelah 2 kali melaksanakan rapat koordinasi akhirnya mencetuskan sebuah
kegiatan yang di beri nama “Liga
Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (LPMI) 2011” .Kegiatan tersebut juga dalam
rangka menyongsong HAB Kemenag 2012. Dalam kegiatan LPMI 2011 tersebut
merebutkan Piala bergilir PPAI Kecamatan Durenan, Piala tetap juara I, II, III
dan Piala Tetap Top Skor. Kegiatan Liga Pendidikan MI se-Kecamatan Durenan yang
di kawal Bapak Ibnu Mubarok Almarzuki.S.Pd yang di percaya sebagi ketua
panitia. LPMI 2011 yang di ikuti oleh tujuh MI yang ada di Kecamatan Durenan
yaitu : MIM FC dari MIM Kamulan, MS United dari MIWB Kamulan, Gador FC dari MINurul Iman Gador, Mithos FC dari MI Miftahul Huda Pakis, MITT UNITED dari MITasmirit Tarbiyah Sumbergayam, Semarum Galaxi dari MI Nurul Huda Semarum dan
juga tak ketinggalan Mikro FC dari MI Nurul Ulum Kendalrejo. Sebagai syarat peserta
dalam kegiatan tersebut di peruntukan bagi kelas IV ke bawah atau siswa yang
umurnya maxsimal 10 tahun. Sebagai laga pembuka dalam kegiatan LPMI 2011 yang
dilaksanakam mulai tanggal 02 Desember 2011 yang bertempat di Lapangan Desa
Sumbergayam, antara Gador FC vs MS United dan MIM FC vs Mithos FC. “Dalam
kegiatan tersebut yang terpenting bukan masalah siapa yang kalah dan siapa yang
menang , akan tetepi bagaimana penanaman Sportifitas karena Sportifitas menjadi
sebuah panutan yang harus dijunjung tinggi dari para pelakon olahraga kulit
bundar ini. Namun jika menengok sepak bola saat ini yang tak jarang berujung
dengan kerusuhan baik di dalam maupun di luar lapangan, rasanya sportifitas
hanya menjadi sebuah untaian kata semata yang jarang diacuhkan oleh segilintir
orang” paparan yang di sampaikan olek ketua panitia dalam laga perdana LPMI
2011. Kegiatan LPMII 2011 yang di laksanakn setiap hari Jum’at mulai pukul
14.00 WIB merupakan sebuah cetusan ide gagasan yang patut di acungi jempol,
because selain menyehatkan, olahraga tidak hanya bagus untuk pertumbuhan anak
secara fisik, tapi juga bagus untuk perkembangan mental. Dengan mencintai
olahraga, anak juga akan mendapatkan kemampuan kognitif mengenai olahraga yang
sedang ia pelajari. Olahraga juga membantu meningkatkan kemampuan sosial anak.
Salah satunya anak belajar bekerjasama, bergaul dan beradaptasi dengan teman
dalam satu timnya atau tim lainya. Permainan yang dapat menjalin kerjasama dalam
satu tim diantaranya adalah sepak bola. Manfaat bermain sepak bola bagi anak
adalah ia akan dapat melempar dan menangkap bola. Dalam hal ini anak dapat
memiliki kemampuan motorik untuk mengkoordinasikan gerakan mata, tangan, dan
kakinya. Selain itu koordinasi antar anggota tim juga diperlukan untuk
kemenangan timnya. Setelah hampir berjalan hampir tiga bulan dengan sistem pertandingan
kompitisi ini akhirnya pada hari ini, 2 Pebruari 2012 adalah laga terakhir
pertandingan LPMI 2011 yang dilaksanakan di Stadion MI Nurul Huda Semarum,
dengan menyisakan 4 pertandingan terakhir antara MIM FC vs MS UNITED, MITHOS FC
vs Galaxi FC, MIM FC vs MITT United dan MS UNITED vs Mikro FC, sebuah ajang
pertandingan yang bergengsi yang di hadiri ratusan penonton yang memadati
stadion. Turut memeriahkan juga tak ketinggalan hadir Bapak Supriadi, Msi
selaku PPAI Kec. Durenan dan Bapak Drs. Ilham Mukholik selaku ketua KKM Kec.
Durenan dan Bapak Mohib Asrori selaku ketua PKG Kec. Durenan dan juga Bapak/Ibu
Guru MI juga ikut hadir untuk menambah semaraknya laga terakhir LPMII 2011. Laga
LPMII yang selesai pada pukul 16.00 WIB, dengan kemenangan MIM FC melawan MS
UNITED, dengan demikian MIM FC memperoleh jumlah poin tertinggi yaitu 15 poin
disusul Gador FC dan MITHOS FC yang memiliki perolehan poin sama yaitu 13 poin,
karena adanya selisih gol akhirnya Gador
FC menjadi urutan kedua LPMII 2011 disusul MITHOS FC dan untuk TOP SKOR LPMII
2011 akhirnya di rebut M. Fahrid Zamzani dari MITT UNITED. Sampai jumpa di Laga Kompetisi berikutnya (*by GianT)
Langganan:
Postingan (Atom)